Minggu, 02 Februari 2014

Kedudukan Nur Muhammad



Kedudukan Nur Muhammad

Ada satu riwayat yang menyatakan demikian:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَخْبِرْنِي عَنْ أَوَّلِ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللهُ تعالى قَبْلَ الْأَشْيَاءِ. قال: يَا جَابِرُ إِنَّ اللهَ خَلَقَ قَبْلَ الْأَشْيَاءِ نُوْرَ نَبِيِّكَ مِنْ نُوْرِهِ فَجَعَلَ ذَلِكَ النُّوْرَ يَدُوْرُ بِالْقُدْرَةِ حَيْثُ شَاءَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ لَوْحٌ وَلاَ قَلَمٌ وَلاَ جَنَّةٌ وَلاَ نَارٌ وَلاَ مَلَكٌ وَلاَ سَمَاءٌ وَلاَ أَرْضٌ وَلاَ شَمْسٌ وَلاَ قَمَرٌ وَلاَ جِنِّيٌّ وَلاَ إِنْسِيٌّ
Dari Jabir ibn ‘Abdillah ia berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, atas nama ayah dan ibuku, beritahukan kepadaku hal pertama yang Allah ciptakan sebelum segala sesuatu.” Beliau menjawab: “Wahai Jabir, sesungguhnya Allah menciptakan sebelum segala sesuatu cahaya (nur) Nabimu dari cahaya-Nya. Lalu Dia menjadikan cahaya itu bersinar dengan kekuasaan-Nya dan kehendak-Nya. Belum ada pada waktu itu lauh, qalam, surga, neraka, malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, jin dan manusia.”
Riwayat di atas dituliskan oleh al-‘Ajluni dalam kitab Kasyful-Khifa` 1 : 265 (sebuah kitab khusus yang menyingkap hadits-hadits asing yang menyebar di tengah-tengah masyarakat). Al-‘Ajluni menyebutkan bahwa khabar di atas riwayat ‘Abdurrazzaq. Akan tetapi setelah penulis telusuri di kitab Mushannaf ‘Abdirrazzaq dan Tafsir ‘Abdirrazzaq melalui program maktabah syamilah ternyata riwayat di atas tidak ditemukan. Tidak ditemukan juga riwayat ini di semua kitab hadits yang mu’tabar (otoritatif). Maka dari itu Syaikh al-Albani menilai riwayat ini sebagai hadits bathil (tidak benar/haq). Terlebih ketika faktanya bertentangan dengan hadits-hadits shahih yang menyatakan bahwa yang pertama kali Allah swt ciptakan adalah qalam, darinyalah Allah swt menuliskan semua qadar/taqdir dari awal sampai akhir (Sunan at-Tirmidzi bab tafsir surah Nun no. 3319. Hadits shahih). Juga bertentangan dengan hadits yang menyatakan bahwa hanya malaikat yang diciptakan dari cahaya, sementara Adam diciptakan dari tanah dan keturunannya dari air mani, sebagaimana telah dijelaskan al-Qur`an (Shahih Muslim kitab az-zuhd war-raqa`iq bab fi ahadits mutafarriqah no. 7687. Rujuk as-Silsilah as-Shahihah no. 458).
Dalam kitab tafsir, riwayat ini hanya ditemukan dalam kitab tafsir Ruhul-Ma’ani/al-Alusi dan Ruhul-Bayan/Isma’il Haqqi tanpa menjelaskan sanadnya sebagai tafsir dari ayat QS. Qaf [50] : 1-4 dan al-Anbiya [21] : 107. Dua kitab tafsir tersebut adalah kitab tafsir yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an dengan pendekatan batin/isyarat. Metode tafsir isyari/batin ini bisa dibenarkan jika tidak bertentangan dengan dalil yang lebih shahih dan sharih. Jika faktanya riwayat di atas bertentangan dengan dalil yang lebih shahih, maka jelas riwayat di atas tidak bisa dinyatakan sebagai penafsiran dari firman Allah swt yang menjelaskan keistimewaan Nabi Muhammad saw tersebut. Artinya, keistimewaan Nabi saw dalam QS. Qaf [50] : 1-4 dan al-Anbiya [21] : 107 tidak terkait dengan Nur Muhammad, melainkan dengan sejumlah kemuliaan lain yang sudah dimaklumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar